Operasi penyelamatan oleh pasukan Israel pada bulan Februari lalu membebaskan 2 sandera, tapi juga menewaskan 74 warga Palestina.
“Apakah Anda menyebut soal 210 martir untuk mengklaim bahwa Anda telah membebaskan para sandera? Netanyahu, apakah Anda yakin telah membebaskan para sandera? Apakah Anda menghancurkan seluruh rumah dan membunuh 210 martir untuk membebaskan para sandera?,” ujar Mohamed Al-Tahrani, penduduk kamp Nuseirat, kamp pengungsi Palestina di Gaza yang dibangun sejak perang Arab-Israel tahun 1948.
Di Gaza, petugas medis menggambarkan kekacauan pascaserangan tersebut. Rumah sakit-rumah sakit di sana kewalahan karena sebelumnya sudah kesulitan berupaya merawat korban luka-luka akibat serangan Israel selama berhari-hari di daerah itu.
Pada hari Minggu, pasukan Israel kembali menggempur Gaza tengah, sehari setelah serangan yang menewaskan 274 warga Palestina.
Tank-tank Israel bergerak ke area-area di pusat Rafah untuk mengepung sebagian kota itu, demikian ungkap warga setempat dan media Hamas.
Operasi pembebasan sandera oleh pasukan Israel berlangsung di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap negara itu untuk mengurangi jatuhnya korban sipil yang tewas dalam perang di Gaza.
Dalam upaya mencari solusi dalam negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang tampak mandek, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan kembali ke Timur Tengah minggu depan.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan pada hari Minggu mengatakan kepada ABC News bahwa AS terus mendesak Israel untuk “beroperasi dengan cara berbeda” demi menghindari jatuhnya korban jiwa di Gaza ketika mereka melakukan misinya, seperti menyelamatkan empat sandera Israel, namun justru menewaskan banyak warga Palestina.
Komentar Anda